Sunday, August 25, 2013

Sejarah Pulau Bengkalis dan Sekitarnya

Kabupaten Bengkalis adalah salah satu kabupaten di Provinsi Riau, Indonesia. Wilayahnya mencakup daratan bagian timur pulau Sumatera dan wilayah kepulauan dengan luas adalah 7.793,93 km². Mayoritas penduduk Kabupaten Bengkalis bersuku Melayu. Ibukota kabupaten ini berada di Bengkalis tepatnya berada di Pulau Bengkalis yang terpisah dari Pulau Sumatera. Walaupun demikian, Pulau Bengkalis ternyata banyak menyimpan peninggalan kisah sejarah dimasa lampau. Untuk mengingatkan kembali warisan kisah sejarah yang telah dilalui oleh nenek moyang kita, perlu adanya kekuatan dan semangat berupa dorongan agar generasi kini dan mendatang tidak lupa akan kisah sejarah di tanah kelahirannya. Mengulas kembali peninggalan kisah sejarah Bengkalis Negeri Junjungan merupakan bentuk untuk membangkitkan semangat kepada anak negeri dalam menghargai peristiwa silam.

ASAL MULA NAMA BENGKALIS

Asal mula nama Bengkalis diambil dari Kata ” Mengkal” yang berarti sedih atau sebak dan ” Kalis” yang bearti tabah, sabar dan tahan ujian. Kata ini di ambil dari ungkapan raja kecil kepada pembantu dan pengikutnya sewaktu baginda sampai di pulau Bengkalis ketika ingin merebut tahta kerajaan Johor. Dengan ungkapan ” Mengkal rasanya hati ini karena tidak diakui sebagai Sultan yang memerintah negeri, namun tidak mengapalah, kita masih kalis dalam menerima keadaan ini ” sehingga menjadi buah bicara penduduk bahwa baginda sedang Mengkal tapi masih Kalis akhirnya ungkapan itu menjadi perkataan ”Oh baginda sedang Mengkalis ” dari kisah ini muncul kata mengkalis, bahkan berubah menjadi kata Bengkalis.

Sejarah Bengkalis bermula ketika Tuan Bujang alias Raja Kecil bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah mendarat di Bengkalis pada tahun 1722. Beliau di sambut oleh batin Senggoro dan beberapa Batin pucuk suku asli, Batin Merbau, Batin Selat Tebing Tinggi dll. Berita Raja Kecil adalah pewaris kerajaan Johor semakin menumbuhkan rasa hormat Batin-Batin tersebut, sehingga mereka mengusulkan agar Raja Kecil membangunkan kerajaannya di pulau Bengkalis. Namun melalui musyawarah beliau dengan Datuk Laksamana Bukit Batu, Datuk Pesisir, Datuk Tanah Datar, Datuk Lima Puluh dan Datuk Kampar dan para Batin, di sepakati bahwa pusat kerajaan didirikan di dekat Sabak Aur yakni di sungai Buantan salah satu anak Sungai Siak, pusat kerajaan itu didirikan pada tahun 1723. Kerajaan inilah kemudian berkembang menjadi kerajaan Siak Sri Indra Pura, yang pernah menguasai kawasan yang luas di pesisir pantai Sumatra bagian utara dan tengah sampai ke perbatasan Aceh.

Catatan sejarah menunjukkan, bahwa Bengkalis pernah menjadi basis awal kerajaan Siak. Di Bengkalislah wawasan mendirikan kerajaan Siak di mufakati dan di Bengkalis pula bantuan moral dari rakyat di padukan ketika beliau keluar dari Bintan. Sejarah juga mencatat, setelah belanda semakin berkuasa. Maka Bengkalis pula yang menjadi tempat kedudukan residen pesisir timur pulau Sumatra berdasarkan perjanjian dengan Sultan Syarif Kasim Abdul Jalil Syarifudin menyerahkan pulau bengkalis kepada Hindia Belanda tanggal 26 Juli 1823. Sejarah juga mencatat sebelum kedatangan Raja Kecil, Bengkalis sudah menunjukkan peran penting dalam arus lalu lintas niaga di selat Melaka. Terutama sebagai persinggahan saudagar yang keluar masuk sungai Siak.

Bahkan sejak Tapung (Petapahan) di temui timah (1674) dan emas.peran Bengkalis dalam hubungan Melaka dengan kerajaan di pesisir timur Sumatra semakin besar, terutama dimasa berdirinya kerajaan Gasib. Di masa pemerintahan Sultan Mansur Syah tahun (1459-1477) Gasib di kuasai oleh Melaka, raja Gasib yang belum menganut agama Islam di Islamkan dan di beri gelar Sultan ” Ibrahim” dan di jadikan wakil Sultan Melaka di Gasib, sejak itu kerajaan Gasib di bawah kepimpinan Sultan Ibrahim ( Sebelum di Islamkan bernama Megat Kudu) menjadi kawasan pengembangan Islam.

BENGKALIS PADA ZAMAN PRASEJARAH

Untuk mengetahui perjalanan kemajuan kebudayaan manusia di Bengkalis pada zaman prasejarah sebelum mendapatkan sumber-sumber tertulis, terdapat dua sumber yang dijadikan dasar yaitu :

1. Penggalian fosil (sisa tulang belulang manusia atau hewan) dan artepak-artepak (alat-alat yang digunakan manusia prasejarah) yang ditemukan didalam tanah atau penggalian secara kebetulan.
2. Suku-suku bangsa yang saat ini masih hidup dipedalaman dan terbelakang.

Dalam hubungan ini di Bengkalis, menghadapi persolaan prasejarah yang sulit, terutama dalam usaha memperoleh keterangan tentang asal usul penghuni pertama (early man) serta kebudayaannya. Hal ini disebabkan di Sumatera pada umumnya, Riau dan Bengkalis khususnya, sedikit sekali ditemukan fosil-fosil dan artepak-artepak. Dalam laporan penelitian arkeologi di sumatera yang dilaksanakan dari tanggal 28 Mei-18 Juli 1973 oleh Bennet Bronson dan kawan-kawan dinyatakan “kiranya persoalan kesulitan yang ditentukan oleh penemuan benda-benda Sumatera ialah pertanyaan tentang early-man”. Sehingga sekarang, Sumatera tidak menghasilkan tulang-tulang dari manusia pertama. Kenyataan ini tidak menghasilkan suatu bukti, baik berupa tulang belulang maupun sisa-sisa tanaman yang menunjukkan sesuatu yang timbul sebelum akhir zaman Pletistosin (10.000 – 15.000 tahun yang lalu).

Semua penyelidikan arkeologi yang diadakan di Sumatera selama abad terakhir tidak berhasil menemukan fosil manusia prasejarah seperti yang banyak ditemukan di pulau jawa. Walaupun di Sumatera, Riau dan khususnya Bengkalis belum ditemukan fosil-fosil dan kurangnya artepak-artepak sebagai sumber utama untuk mendapatkan keterangan tentang hidup serta kehidupan manusia pertama di Bengkalis, tetapi para peneliti masih dapat mengambil manfaat dari terdapatnya suku-suku terbelakang yang masih hidup dibeberapa bagian daerah kabupaten Bengkalis dewasa ini. Suku-suku dimaksud ialah suku Sakai di Mandau, suku Akit di pulau Rupat dan suku Orang Hutan di pulau Bengkalis.

BENGKALIS PADA ZAMAN KUNO

Kesamaan pendapat para ahli sejarah bahwa arus perdagangan diperairan Selat Malaka memegang peran penting dibelahan bumi ini sejak awal tarik masehi, karena jalur perdagangan yang terbentang antara Cina dan Hindia melalui selat ini. Bengkalis yang terletak diperairan Selat Malaka merupakan daerah strategis dalam arus lalu lintas selat Malaka. Faktor ini memungkinkan di Bengkalis timbulnya suatu bentuk kekuasaan pemerintah dan kenegaraan yang akan diuraikan seperti berikut ini :

Menurut tarikh Cina 1433, kerajaan Gasib bersama-sama dengan Indragiri dan Siantan minta perlindungan ke Cina karena adanya usaha ekspansi kerajaan Malaka yang memeluk agama islam yang berbeda kepercayaannya dengan orang Gasib yang beragama Hindu/Budha. Kerajaan Majapahit sebagai pelindung kerajaan Gasib iselama ini menjadi lemah. Dalam “sejarah Melayu” dikisahkan sewaktu Sultan Masnyur Syah berkuasa di Malaka tahun 1444 – 1477, Malaka menaklukan kerajaan Hindu/Budha yang bertempat di Gasib. Raja Gasib ketika itu bernama Permaisura ditawan. Setelah ditaklukan oleh Malaka, Sultan Mansyur Syah mengangkat anak raja Siak bernama Megat Kudu. Setelah Megat Kudu dididik di Malaka kemudian memeluk agama Islam dan dikawinkan dengan anak raja Malaka, ia memegang kekuasaan di Siak dibawah naungan Malaka dengan gelar Sultan Ibrahim, gelar sultan ini digunakan setelah masuk agama Islam. Jabatan sultan selanjutnya diwakili oleh bendahara yang ada di daerah-daerah dengan gelar Datuk. Sebagai pucuk pimpinan, datuk bertanggung jawab langsung kepada raja. Dibawah datuk ada lagi pejabat-pejabat yang selalu berhubungan dengan masyarakat. Mereka itulah sebagai pelaksana kepemimpinan dalam masyarakat yang disebut kepala suku. Kepala Suku adalah pimpinan di daerah persukuan yang didasari atas unsur-unsur kekeluargaan.

Dalam hubungannya sebagai rakyat dan sebuah kerajaan, kadang-kadang tiap suku itu mempunyai tugas-tugas tertentu didalam kerajaan, kepala suku bertanggung jawab langsung kepada datuk. Dalam masyarakat kepala Suku ini memimpin penyelesaian masalah kekeluargaan dilingkungan persukuan mereka. Jika tidak terselesaikan dan menemui jalan buntu barulah penyelesaiannya diteruskan kepada datuk. Adalagi daerah yang disebut perbatinan. Biasanya dilingkungannya lebih kecil dari daerah persukuan. Umumnya daerah perbatinan ini terletak diperdalaman. Penyatuan masyarakat dalam daerah perbatinan ini didasarkan atas adat istiadat, kepercayaan dan talian daerah. Sebagai kepala daerah perbatinan ini disebut “batin” atau ketua adat atau Bomo.

Perbatinan terdapat di daerah suku-suku terbelakang seperti suku Sakai diperdalaman pulau Rupat serta suku Orang Hutan dipedalaman pulau Bengkalis. Selain itu di Senggoro yang dipimpin oleh Laksamana Batin Hitam. Pada zaman kuno ini dikaitkan dengan zaman prasejarah di pulau Bengkalis sudah dihuni manusia dengan pola kehidupan tradisional dan telah memiliki tatanan pemerintahan dalam bentuk perbatinan orang Hutan dan perbatinan Senggoro. Meskipun perbatinan Senggoro memiliki lingkungan kecil yang terletak dipesisir pulau Bengkalis, namun telah memiliki tatanan pemerintahan dan pertahanan yang disegani dan diperhitungkan karena memiliki anggota pilihan yang cukup terlatih dan berani mempertaruhkan nyawanya untuk mempertahankan daerah pemukiman mereka. Perbatinan dibawah Datuk Laksamana Batin Hitam ini mengatur strategi dan taktik mempertahankan daerahnya dengan membangun benteng-benteng yang saat ini dikenali oleh masyarakat dengan nama Benteng Batin Hitam dan Kuburan Dara Sembilan yang merupakan benteng untuk melindungi para gadis saat itu agar tidak diculik oleh para penyerang dari luar yang pada masa itu dikenal dengan nama “lanun”. Kemungkinan kematian para gadis ini disebabkan oleh terkurung dari luar atau bentengnya rubuh karena serangan Portugis.

BENGKALIS MELAWAN PENJAJAH PORTUGIS

Pada tahun 1512, Sultan Mahmud Syah mengutus Hang Nadim ke Bengkalis, Bukit Batu dan Siak-Gasib untuk membincangkan persiapan melawan Portugis di Malaka. Bengkalis melalui Batin Senggoro mempersiapkan pasukan dibawah Laksamana Batin Hitam. Kesatuan Bukit Batu mempersiapkan pasukan dibawah pimpinan Tuan Megat dan Siak-Gasib menyiapkan pasukan dibawah pengawasan Sultan Khoja Ahmad Syah. Armada gabungan ini kemudian berkumpul dengan armada lainnya di Kuala Muar dibawah pimpinan Hang Nadim. Pada bulan Juli 1512 pasukan gabungan yang tediri dari Bengkalis, Bukit Batu, Siak-Gasib dan Bintan menyerang Portugis yang dipimpin oleh Fernao Peres de Andrade di Malaka. Perlawanan yang sengit antara Portugis dengan Bengkalis dan gabungan negeri Melayu tersebut mampu menyeret pasukan hingga ke wilayah Pagoh di Muar.

Setelah itu Laksamana Hang Nadim, Laksamana Batin Hitam dan anggota pasukan lainnya kembali kedaerah masing-masing untuk mengatur persiapan dan strategi yang lebih baik. Dengan adanya penyerangan tersebut, menyebabkan Portugis tidak puas hati dan meneruskan serangan ke Bengkalis dan Bukit Batu. Dengan strategi yang mantap dan bantuan kerajaan Siak serta kebatinan Senggoro maka Bengkalis dapat mempertahankan diri sehingga Portugis mengalami kekalahan dan mundur kembali ke Malaka. Kemenangan menantang serangan Portugias tahun 1512 merupakan peristiwa paling bersejarah dan memiliki semangat perjuangan yang besar bagi Bengkalis.

PENENTUAN HARI JADI BENGKALIS

Dari pembahasan yang dikemukakan, didapat beberapa kesimpulan yang dapat diambil sebagai dasar sumber sejarah untuk merealisasikan cikal bakal lahirnya Bengkalis :

1. Dipilihnya tahun 1512 sebagai asal bermulanya tamadun Bengkalis bukan berarti tahun sebelumnya masyarakat Bengkalis belum berkembang, sebaliknya penentuan ini merujuk kepada fakta penulisan sejarah. Malah diperkirakan sebelum tahun 1512 Bengkalis telah maju karena mengikuti arus perkembangan tamadun yang ada di Malaka, ini dapat dibuktikan dengan penggunaan meriam sebagai perlengkapan perang dalam melawan Portugis pada tahun tersebut.

2. Pada hakikatnya sejarah dan tamadun Bengkalis tidak terputus, bahkan data-data yang mendukung tentang kewujudan Bengkalis dapat ditemui dalam beberapa buku sejarah. Bengkalis maju dan berkembang seiring dengan kemajuan daerah-daerah lain yang ada di pesisir Selat Malaka. Memilih bulan Juli sebagai bulan hari jadi Bengkalis karena pada bulan Juli 1512 tersebut Bengkalis memperoleh kemenangan ketika melawan Portugis di Selat Malaka. Tahun 1512 ini juga menunjukkan lambang kejayaan dan tangguhnya masyarakat Bengkalis dalam melawan penjajahan Portugis, sehingga secara psikologis penyambutan hari jadi Bengkalis ini merupakan manifestasi dari kemenangan, kejayaan dan kecemerlangan masyarakat Bengkalis.

3. Penentuan tanggal 30 Juli 2004 sebagai hari jadi perdana Bengkalis yang ke-492 merupakan hasil musyawarah dan perbincangan para orang tua dan sesepuh Bengkalis yang memperkirakan tanggal tersebut memiliki makna dan keistimewaan tersendiri, diantara kelebihannya adalah : tanggal 30 Juli 2004 merupakan hari Jum’at minggu terakhir pada bulan tersebut. Hari Jum’at merupakan penghulu segala hari yang mempunyai kelebihan atau fadhilah yang besar bagi umat Islam.

Artikel tentang sejarah, asal mula dan peringatan hari jadi Bengkalis ini seluruhnya dikutip dari buku berjudul “Peringatan Hari Jadi Bengkalis Negeri Junjungan ke-498 tahun 2010” yang dirumuskan oleh Tim Pencari Data dan Perumus Hari Jadi Bengkalis (Lembaga Adat Melayu Riau) dan dikeluarkan secara resmi oleh Bagian Kesra Setda Kab. Bengkalis.