Monday, August 26, 2013

Sejarah Makam Dara Sembilan Desa Senggoro Bengkalis

Makan Dara Sembilan terletak di Desa Senggoro Kecamatan Bengkalis. Dahulunya merupakan sebuah Benteng Batin Hitam (Senggoro). Sekitar tahun 1512, Bengkalis ternyata sudah ada, bahkan dapat dikaitkan dengan zaman prasejarah. Pulau Bengkalis sejak dahulu telah dihuni oleh manusia, dengan pola kehidupan yang sangat tradisional, dan telah memiliki tatanan pemerintahan yaitu dalam bentuk perbatinan (pemerintahan), terutama perbatinan orang-orang suku asli dan perbatinan Senggoro di Senggoro dan Batin Alam di Sungai Alam, Batin Penebal di Penebal, Batin Senderak di Senderak, Batin Kembung di Kembung, Batin Bengkalis di Bengkalis, Batin Putih di Ketam Putih.


Meskipun perbatinan Senggoro dikala itu masih memeiliki lingkungan yang sangat kecil sekali disinilah sebagai pusat pemerintahan kampong Bengkalis perbatinan Senggoro terletak dipesisir Pulau Bengkalis, telah memiliki tatanan pemerintahan yang sangat disegani dan diperhitungkan karena telah memiliki orang-orang pilihan dan terlatih serta berani mempertaruhkan nyawanya dalam mempertahankan wilayahnya.

Perbatinan di bawah pimpinan Batin Hitam (Batin Senggoro) mereka telah mengatur strategi dan taktik mempertahankan daerahnya dengan membangun benteng-benteng yang sampai saat ini dikenal dengan nama “Benteng Batin Hitam (Batin Senggoro)”, benteng persembunyian para gadis kampung bengkalis yang saat ini dikenal dengan nama “Makam Dara Sembilan”.


Benteng Batin Hitam, dahulunya dilengkapinya dengan meriam-meriam yang terpasang dan siap untuk ditembakkan terhadap para musuh atau lanun yang akan mengganggu ketentraman kampung Bengkalis. Sedangkan kuburan Dara Sembilan merupakan Benteng khusus untuk melindungi para dara jelita (gadis) kampong Bengkalis dari serangan Portugis dan Lanun yang suka memaksa atau menculik para dara/gadis. Dari itu Batin Hitam membangun benteng tempat persembunyian para gadis/dara yang letaknya lebih kurang 75 Meter dari Benteng Batin Hitam.

Kematian dara/gadis sebanyak sembilan orang itu bermula dari kejadian kerusuhan yang dilakukan oleh Portugis atau lanun. Sembilan orang gadis atau dara disembunyikan di dalam benteng tersebut yang kunci rahasianya berada dibagian luar, sedangkan juru kuncinya melakukan perlawanan menyerang Portugis atau Lanun. Serangan Portugis atau Lanun sangat dahsyatnya sehingga mengakibatkan benteng itu roboh dan menutupi tempat kunci rahasia, sehingga pintu persembunyian tidak bias dibuka dan menyebabkan sembilan dara atau gadis terkubur dibenteng itu dan tidak tertolong. Mereka meninggal secara bersama di dalam benteng itu, sampai sekarang benteng itu disebut “Makam Dara Sembilan”. 


Namun dengan kerja keras Batin Hitam dan kawan-kawan yang belum tergoyahkan menghasilkan kemenangan yang membuat para lanun mundur mengakui kekalahannya.

Artikel tentang sejarah Makam Dara Sembilan, dikutip dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis dan beberapa sumber lainnya.

Sumber sejarah lainnya mengatakan bahwa yang memegang kunci pintu Benteng Batin Hitam adalah ayah dari sembilan dara yang terkunci di dalam benteng itu, dan ada juga yang mengatakan bahwa ke sembilan dara itu bukan adik beradik melainkan dara-dara yang ada pada masa itu. 

Zaman dahulu, pada masa penduduk masih minim, makan dara sembilan dijaga oleh seekor ular weling. Setiap bulannya akan diberi sesajen atau saji-sajian untuk ular itu sebagai penghormatan terhadap makam dara sembilan, tetapi setelah zaman berkembang dan penduduk semakin ramai serta sudah mempunyai kepercayaan yang kokoh, penduduk tidak lagi memberi saji-sajian, sehingga ular yang ada di atas makam dara sembilan tidak lagi dijumpai. Makam ini dipercayai mempunyai kekuatan gaib, bagi orang-orang yang datang berziarah dilarang berkata kotor, berfikir kotor, meludah sembarangan, dan bersikap tidak sopan karena dikhawatirkan akan mendapat musibah.