Dalam adat melayu lazimnya di acara persandingan atau resepsi pernikahan ,iringan dari Pihak Laki-laki berjalan kaki menuju Rumah pihak wanita sembari diiringi alunan suara kompang dan alat musik melayu, kemudian dilanjutkan dengan Perang Beras Kuning anatara Iringan Wanita dan Iringan Laki-Laki, setelah itu lazimnya diadakan petarungan seni beladiri pencak silat.
Setelah pencak silat dilakukan iringan Pihak Laki-laki menuju Pintu Rumah pihak pengantin Perempuan, setibanya dimuka pintu rumah pengantin laki-laki belum dibenarkan untuk memasuki ruang rumah. Terjadilah pantun berbalas diantara kedua belah pihak.
Pihak Laki-Laki :
” Assalamualaikum, wahai Tuan Rumah bolehkah kami masuk ”
Pihak Perempuan :
” Waalaikumsalam Wr. Wb,
Wahai orang yang berada ditanah. Masuk tu boleh saja, tetapi sebelumnya kami mau tahu apa maksud dan tujuan. Kalaulah datangnya baik tentu kami sambut baik kalau datangnya membawa petaka elok tuan balik segera.
Pihak Laki-Laki :
Cik Puan ini kura-kura dalam perahu
Pura-pura tidak tau.
Sudah gaharu cendana pula
Sudah tahu bertanya pula
Buah pauh selasih sayang
Angin menyapa ditengah sunyi
Dari jauh kami datang
Ingin berjumpa idaman hati
Anak gagak tepi perigi
Jatuh berlutut berdarah kaki
Kalaulah tidak karena hati
Rasa tak patut kami kemari
Pihak Perempuan :
Oooh........begitu,
Nampaknya besar sungguh hajat dibawa
Tapi, apakah kami boleh percaya dengan kata-kata tuan
Maklum ........ sebelum terkena elok waspada
Tikar pandan tikar anyaman
Tikar ada sejak berjaman
Kalaulah benar ucapan tuan
Apa taruhan sebagai jaminan
Pihak Laki-Laki :
Jika begitu yang Puan tanya
Kedatangan kami nampaknya masih diragukan
Begini sajalah.
Perahu berlayar ke Tanjung Tuan
Angin bertiup kearah Selatan
Apa taruhan yang Puan inginkan
Cobalah sebut jangan lah segan
Pihak Perempuan :
Pasang lilin dalam perahu
Perahu sakat melanda pantai
Sengaja dihalang pengantin baru
Karena syarat adatnya belum selesai
Pihak Laki-Laki :
Indung-indung si anak kandung
Hujan reda cuaca pun terang
Kami datang semuanya bingung
Mengapa dipintu kami dihalang
Kagum melihat kain terhalang
Beginikah adat resam melayu
Hajat baik kami yang datang
Mengapa pula diempang pintu
Pihak Perempuan :
Empang pintu resam melayu
Kain panjang dipegang erat
Begitulah adat jaman dahulu
Pintu diempang menurut adat
Ambil sapu dibalik dinding
Jangan tunduk jangan menyuruk
Tapi kita sudah berunding
Adakah dibawa penawar sejuk
Pihak Laki-Laki :
Orang melayu masak ketupat
Berisi pulut bercampur santan
Tapi kan kita sudah sepakat
Kami nak masuk mengapa ditahan
Jika tuan ketanjung balai
Kami dendang senandung Asahan
Syarat dan rukun sudahpun selesai
Pengantin nak masuk masih ditahan
Pihak Laki-laki Berkata :
Ketasik sudah........ke Penang sudah........ ke kedah pun sudah
Hanya kemersing yang belum
Merisik sudah – meminang sudah – menikah pun sudah
Hanya bersanding saja yang belum
Jadi mau apa juga lagi.
Pihak Perempuan :
Bersabarlah dulu tuan
Impal larangan tegak berdiri
Lengkap pula dengan senjata
Jika nak masuk sediakan kunci
Barulah pintu dapat dibuka
Pihak Laki-Laki :
Menurut adat dan suku sakat
Datuk Nenek pernah berpesan
Kalaulah pintu dijaga ketat
Syarat pembuka tolong tunjukkan
Pihak Perempuan :
Negeri Malaka porak poranda
Sejak Hang jebat jadi durhaka
Kalaulah pintu hendak dibuka
Pakai kunci emas, bukan suasa
Pihak Laki-Laki :
Pisang emas masak setandan
Mari letakkan diatas meja
Ini kunci emas kami berikan
Bukalah pintu dengan segera.
Pihak Perempuan :
Tunggu dulu tuan,
kami hendak melihat
Apakah asli atau tiruan
Karena syarat telah terpenuhi
Dipersilahkan Raja sehari
Menjumpai permaisuri
Pengantin Laki-laki dibawa oleh Mak Andam duduk dipelamin, kedua mempelai setelah duduk dipelamin dipersilahkan mengambil tempat dimuka pelaminan bersama sanak keluarga melaksanakan makan nasi damai. Upacara bersanding diakhiri dengan upacara menyembah, yang dilakukan oleh kedua mempelai terhadap pihak keluarga dari mempelai laki-laki.
Di buton banyak orang bertani
Orang bergajah Dua beranak
Pantun Pembuka pitu selesai disini
Kapal berlayarpun sudahlah jejak
Asalnya sembilu dari buluh
Jika dianyam jadikan tampian
Kami menyusun jarinya sepuluh
Salah dan silaf mohonlah dimaafkan
Menulis syairnya dan pantun dengan bismillah
Memohon keampunan kesilapan dan salah
Mudah-mudahan kita memperoleh keredhoannya Allah
Karena syairnya dan pantun mempunyai masalah
Pinggannya jorong mangkukpun jorong
Pinggan sabun berisikan minyak
Terdapat kejanggalan dan kata-kata terdorong
Mohonlah kiranya agar dimaafkan banyak-banyak
Kita ini senantiasa sangatlah bimbang
Dilalaikan dengan hutangnya piutang
Malaikat maut hampirkan dating
Entahkan pagi atau petang
Buahnya cempedak dan buah nangka
Bemban lebat ditepinya lembah
Kita tidak menduganya dan menyangka
Dengan tiba-tiba kita dipanggil oleh Allah
Janganlah lupa kita memujinya Tuhan
Supaya rahmatNya dating kasihan
Marilah kita ingat kepada Tuhan
Nafsunya syaitan hendaklah ditahan
Tebanglah tebu panjang pandak
Tebunya dibawa pergi ke Malaka
Tuntutlah ilmu biarlah banyak
Buatnya perlindungan dari api neraka
Dua puluh lima Nabi Rasul pilihan
Namanya tersebut dalam Al-Qur’an
Martabatnya tinggi dilebihkan Tuhan
Marilah kita jadikan buat pedoman
Muhammad Isa bermainkan sulfa
Kelapa gading jatuhnya serentak
Manusia tak luput daripada silaf
Dan tak ada gading yang tak retak
Senantiasa badan kita tergoling
Tidak bergerak dan tidak berpaling
Adik dan Kakak duduk berkeliling
Ada yang menghadap ada yang berpaling
Senantiasa badan kita terlentang
Tidak bergerak sepertinya batang
Sanak famili semuanya dating
Ada yang menoleh ada yang memandang
Datangnya si’alim dari hulu
Mengajarkan kalimah bertalu-talu
Hendak menjawab lidah tak lalu
Bibirpun berat lidahpun kelu
Sakitnya nyawa akan melayang
Daripada badan awang dan dayang
Mundam seperti mabuk kepayang
Rupanya tinggal kasih dan sayang
Berhimpunlah kaum kerabat handai dan tolan
Memandikan jenazah serta dikapan
Kemudian sholat jenazah dilaksanakan
Dimasukkan dalam keranda daripada papan
Sampai kelubang dibuka papan
Diberikan bantal tanah disandarkan
Dihantarkan mayat dengan ketetapan
Lakunya seperti orang disimpan
Ditimbus lubangnya tanah diberi
Dua buah pula nisannya berdiri
Talqin dibaca serta diajari
Bangkitlah mayat menatapnya diri
Asam kandis dan asam gelugur
Asam paya dan asam iyang-iyang
Menangislah mayat didalam kubur
Mengingat diri tidak sembahyang
Mungkaru nangkir datang segera
Merah padam warnanya muka
Takutnya itu tidak lagi terkira
Dihati nan tidak dapat berbicara
Datangnya itu menanyai kamu
Engkau ini siapakah Tuhanmu
Jikalau salah sedikit jawabmu
Kepala dipalu sekalian badanmu
Pertama pahala disebutkan dahulu
Kepada dosanya sangatlah malu
Kariman katabin marah terlalu
Diangkat cemarnya lalu dipalu
Beribu-ribu itiknya Pak Daud
Itiknya yang timpang lajunya berenang
Setitik embun jatuhnya dilaut
Tidak diduga menjadikan gelombang
Musangnya jebat meniti akar
Ayam hitam putih dadanya
Hujannya lebat gunung terbakar
Insyaallah setitik embun padamlah baranya
Tidak salah bunganya lembayung
Salahnya pandan yang menderita
Tidaklah salah bunda mengandung
Hanya salah badan buruk pinta
Tinggi bukit gunung merembung
Gunung talang sandara alu
Putusnya benang dapat disambung
Putusnya arang bercerai lalu
Membawa perahunya dari pecan
Belajar mari membawa ikan patin
Masa berlalunya tak berguna lagi dikesalkan
Terimalah azabnya zahir dan bathin
Indang mengindang kepantai nani
Berdekatan pantai bujang kelana
Syair dan pantunnya hingga disini
Mudah-mudahan bermanfaat dan berdaya guna
Terbilang Datuk laksamana Raja Dilaut
Makamnya berada di bukit Batu
Mohonlah diralat mana yang tak patut
Agar menghasilkan maknanya yang bermutu
Pak Taufiq menjahitnya kopiah
Kopiah dijahitnya baldu yang utuh
Wabillahi taufiq Walhidayah
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. (Riaudailyphoto.com, 2011)
Sumber :
Mak Andam Pernikahan Di Sei Pakning Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis