Sunday, December 8, 2013

Berbalas Pantun Didepan Pintu Rumah Pengantin Wanita Adat Melayu Bengkalis

Dalam adat melayu lazimnya di acara persandingan atau resepsi pernikahan ,iringan dari Pihak Laki-laki berjalan kaki menuju Rumah pihak wanita sembari diiringi alunan suara kompang dan alat musik melayu, kemudian dilanjutkan dengan Perang Beras Kuning anatara Iringan Wanita dan Iringan Laki-Laki, setelah itu lazimnya diadakan petarungan seni beladiri pencak silat. 

Setelah pencak silat dilakukan iringan Pihak Laki-laki menuju Pintu Rumah pihak pengantin Perempuan, setibanya dimuka pintu rumah pengantin laki-laki belum dibenarkan untuk memasuki ruang rumah. Terjadilah pantun berbalas diantara kedua belah pihak.


Pihak Laki-Laki : 


” Assalamualaikum, wahai Tuan Rumah bolehkah kami masuk ”


Pihak Perempuan : 


” Waalaikumsalam Wr. Wb, 
Wahai orang yang berada ditanah. Masuk tu boleh saja, tetapi sebelumnya kami mau tahu apa maksud dan tujuan. Kalaulah datangnya baik tentu kami sambut baik kalau datangnya membawa petaka elok tuan balik segera.


Pihak Laki-Laki :


Cik Puan ini kura-kura dalam perahu
Pura-pura tidak tau. 
Sudah gaharu cendana pula 
Sudah tahu bertanya pula

Buah pauh selasih sayang
Angin menyapa ditengah sunyi
Dari jauh kami datang
Ingin berjumpa idaman hati

Anak gagak tepi perigi 
Jatuh berlutut berdarah kaki 
Kalaulah tidak karena hati 
Rasa tak patut kami kemari


Pihak Perempuan : 


Oooh........begitu, 
Nampaknya besar sungguh hajat dibawa 
Tapi, apakah kami boleh percaya dengan kata-kata tuan 
Maklum ........ sebelum terkena elok waspada

Tikar pandan tikar anyaman 
Tikar ada sejak berjaman 
Kalaulah benar ucapan tuan 
Apa taruhan sebagai jaminan


Pihak Laki-Laki : 


Jika begitu yang Puan tanya 
Kedatangan kami nampaknya masih diragukan
Begini sajalah.
Perahu berlayar ke Tanjung Tuan 
Angin bertiup kearah Selatan 
Apa taruhan yang Puan inginkan 
Cobalah sebut jangan lah segan


Pihak Perempuan : 


Pasang lilin dalam perahu 
Perahu sakat melanda pantai 
Sengaja dihalang pengantin baru 
Karena syarat adatnya belum selesai


Pihak Laki-Laki : 


Indung-indung si anak kandung
Hujan reda cuaca pun terang 
Kami datang semuanya bingung 
Mengapa dipintu kami dihalang

Kagum melihat kain terhalang 
Beginikah adat resam melayu 
Hajat baik kami yang datang 
Mengapa pula diempang pintu


Pihak Perempuan : 


Empang pintu resam melayu 
Kain panjang dipegang erat 
Begitulah adat jaman dahulu 
Pintu diempang menurut adat

Ambil sapu dibalik dinding 
Jangan tunduk jangan menyuruk 
Tapi kita sudah berunding 
Adakah dibawa penawar sejuk


Pihak Laki-Laki : 


Orang melayu masak ketupat 
Berisi pulut bercampur santan 
Tapi kan kita sudah sepakat 
Kami nak masuk mengapa ditahan 

Jika tuan ketanjung balai 
Kami dendang senandung Asahan 
Syarat dan rukun sudahpun selesai 
Pengantin nak masuk masih ditahan


Pihak Laki-laki Berkata :


Ketasik sudah........ke Penang sudah........ ke kedah pun sudah 
Hanya kemersing yang belum 
Merisik sudah – meminang sudah – menikah pun sudah 
Hanya bersanding saja yang belum 
Jadi mau apa juga lagi.


Pihak Perempuan : 


Bersabarlah dulu tuan 
Impal larangan tegak berdiri 
Lengkap pula dengan senjata 
Jika nak masuk sediakan kunci 
Barulah pintu dapat dibuka


Pihak Laki-Laki :


Menurut adat dan suku sakat 
Datuk Nenek pernah berpesan 
Kalaulah pintu dijaga ketat 
Syarat pembuka tolong tunjukkan


Pihak Perempuan : 


Negeri Malaka porak poranda 
Sejak Hang jebat jadi durhaka 
Kalaulah pintu hendak dibuka 
Pakai kunci emas, bukan suasa


Pihak Laki-Laki :


Pisang emas masak setandan 
Mari letakkan diatas meja 
Ini kunci emas kami berikan 
Bukalah pintu dengan segera.


Pihak Perempuan : 


Tunggu dulu tuan,
kami hendak melihat 
Apakah asli atau tiruan 
Karena syarat telah terpenuhi 
Dipersilahkan Raja sehari 
Menjumpai permaisuri

Pengantin Laki-laki dibawa oleh Mak Andam duduk dipelamin, kedua mempelai setelah duduk dipelamin dipersilahkan mengambil tempat dimuka pelaminan bersama sanak keluarga melaksanakan makan nasi damai. Upacara bersanding diakhiri dengan upacara menyembah, yang dilakukan oleh kedua mempelai terhadap pihak keluarga dari mempelai laki-laki.

Di buton banyak orang bertani
Orang bergajah Dua beranak
Pantun Pembuka pitu selesai disini
Kapal berlayarpun sudahlah jejak

Asalnya sembilu dari buluh
Jika dianyam jadikan tampian
Kami menyusun jarinya sepuluh
Salah dan silaf mohonlah dimaafkan

Menulis syairnya dan pantun dengan bismillah
Memohon keampunan kesilapan dan salah
Mudah-mudahan kita memperoleh keredhoannya Allah
Karena syairnya dan pantun mempunyai masalah

Pinggannya jorong mangkukpun jorong 
Pinggan sabun berisikan minyak 
Terdapat kejanggalan dan kata-kata terdorong 
Mohonlah kiranya agar dimaafkan banyak-banyak

Kita ini senantiasa sangatlah bimbang
Dilalaikan dengan hutangnya piutang
Malaikat maut hampirkan dating
Entahkan pagi atau petang

Buahnya cempedak dan buah nangka
Bemban lebat ditepinya lembah
Kita tidak menduganya dan menyangka
Dengan tiba-tiba kita dipanggil oleh Allah

Janganlah lupa kita memujinya Tuhan
Supaya rahmatNya dating kasihan
Marilah kita ingat kepada Tuhan
Nafsunya syaitan hendaklah ditahan

Tebanglah tebu panjang pandak
Tebunya dibawa pergi ke Malaka
Tuntutlah ilmu biarlah banyak
Buatnya perlindungan dari api neraka

Dua puluh lima Nabi Rasul pilihan
Namanya tersebut dalam Al-Qur’an
Martabatnya tinggi dilebihkan Tuhan
Marilah kita jadikan buat pedoman

Muhammad Isa bermainkan sulfa
Kelapa gading jatuhnya serentak
Manusia tak luput daripada silaf
Dan tak ada gading yang tak retak

Senantiasa badan kita tergoling
Tidak bergerak dan tidak berpaling
Adik dan Kakak duduk berkeliling
Ada yang menghadap ada yang berpaling

Senantiasa badan kita terlentang
Tidak bergerak sepertinya batang
Sanak famili semuanya dating
Ada yang menoleh ada yang memandang

Datangnya si’alim dari hulu
Mengajarkan kalimah bertalu-talu
Hendak menjawab lidah tak lalu
Bibirpun berat lidahpun kelu

Sakitnya nyawa akan melayang
Daripada badan awang dan dayang
Mundam seperti mabuk kepayang
Rupanya tinggal kasih dan sayang

Berhimpunlah kaum kerabat handai dan tolan
Memandikan jenazah serta dikapan
Kemudian sholat jenazah dilaksanakan
Dimasukkan dalam keranda daripada papan

Sampai kelubang dibuka papan
Diberikan bantal tanah disandarkan
Dihantarkan mayat dengan ketetapan
Lakunya seperti orang disimpan

Ditimbus lubangnya tanah diberi
Dua buah pula nisannya berdiri
Talqin dibaca serta diajari
Bangkitlah mayat menatapnya diri

Asam kandis dan asam gelugur
Asam paya dan asam iyang-iyang
Menangislah mayat didalam kubur
Mengingat diri tidak sembahyang

Mungkaru nangkir datang segera
Merah padam warnanya muka
Takutnya itu tidak lagi terkira
Dihati nan tidak dapat berbicara

Datangnya itu menanyai kamu
Engkau ini siapakah Tuhanmu
Jikalau salah sedikit jawabmu
Kepala dipalu sekalian badanmu

Pertama pahala disebutkan dahulu
Kepada dosanya sangatlah malu
Kariman katabin marah terlalu
Diangkat cemarnya lalu dipalu

Beribu-ribu itiknya Pak Daud
Itiknya yang timpang lajunya berenang
Setitik embun jatuhnya dilaut
Tidak diduga menjadikan gelombang

Musangnya jebat meniti akar
Ayam hitam putih dadanya
Hujannya lebat gunung terbakar
Insyaallah setitik embun padamlah baranya

Tidak salah bunganya lembayung
Salahnya pandan yang menderita
Tidaklah salah bunda mengandung
Hanya salah badan buruk pinta

Tinggi bukit gunung merembung
Gunung talang sandara alu
Putusnya benang dapat disambung
Putusnya arang bercerai lalu

Membawa perahunya dari pecan
Belajar mari membawa ikan patin
Masa berlalunya tak berguna lagi dikesalkan
Terimalah azabnya zahir dan bathin

Indang mengindang kepantai nani
Berdekatan pantai bujang kelana
Syair dan pantunnya hingga disini
Mudah-mudahan bermanfaat dan berdaya guna

Terbilang Datuk laksamana Raja Dilaut
Makamnya berada di bukit Batu
Mohonlah diralat mana yang tak patut
Agar menghasilkan maknanya yang bermutu

Pak Taufiq menjahitnya kopiah
Kopiah dijahitnya baldu yang utuh
Wabillahi taufiq Walhidayah
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. (Riaudailyphoto.com, 2011)

Sumber : 
Mak Andam Pernikahan Di Sei Pakning Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis