Saturday, December 14, 2013

Sejarah Hari Ibu 22 Desember 1938

Ibu adalah manusia luar biasa dimata dunia. entah, gelar apa yang layak untuk disandangnya. Pahlawan, pejuang, revolusioner dan gelar-gelar yang lainnya, semua itu tak cukup dan tak sebanding dengan perjuangannya yang sudah ia dedikasikan untuk mengayomi, mendidik dan merawat anak-anaknya dengan penuh keiklasan dan tanpa kenal lelah sepanjang masa. Sungguh dahsyat pengorbanan seorang ibu, mulai dari mengandung sampai ia dikandung tanah, pekerjaan pokoknya tiada lain kecuali hanya untuk menjadikan anaknya tumbuh menjadi anak yang dewasa, bermoral, beradap dan berguna bagi agama nusa dan bangsa.


Bagi ku ibu merupakan sosok dalam hidupku yang paling berharga, darinya aku dilahirkan, darinya aku mendapatkan kasih sayang, darinya aku mendapatkan pelajaran hidup, dengannya aku bisa belajar kehidupan, darinya lah aku mendapatkan segalanya. Tanpa lelah ibu membesarkan kita, tanpa lelah ibu merawat kita dari dalam kandungan sampai kita dilahirkan, tak ada bandingan harta yang dapat membayar ketulusan kasih sayang seorang ibu. Walaupun kita tidak dapat menebus jasa-jasa beliau, Jadikanlah moment hari ibu ini sebagai renungan reflektif bagi kita. Sudahkah kita membuat ibu tersenyum? Sudahkah kita berkorban demi ibu sebagaimana beliau berkorban demi kita? Sejauh mana pengorbanan itu? Dan beberapa pertanyaan yang lain akan muncul kepermukaan hati jika kita meluangkan sedikit waktu untuk melakukan perenungan.

Tahukah anda Sejarah Hari Ibu? Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Konggres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta. Salah satu keputusannya adalah di bentuknya satu organisasi federasi yang mandiri dengan nama Perikatan Perkoempoelan Perempoean Indonesia (PPPI). Melalui PPPI tersebut terjalin kesatuan semangat juang kaum perempuan untuk secara bersama-sama kaum Laki-laki berjuang meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka, dan berjuang bersama-sama kaum perempuan untuk meningkatkan harkat dan martabat perempuan Indonesia menjadi perempuan yang maju. Pada tahun 1929 Perikatan Perkoempoelan Perempuan Indonesia (PPPI) berganti nama menjadi Perikatan Perkoempoelan Istri Indonesia (PPII). Pada tahun 1935 diadakan Kongres Perempuan Indonesia II di Jakarta. Kongres tersebut disamping berhasil membentuk Badan Kongres Perempuan Indonesia, juga menetapkan fungsi utama Perempuan Indonesia sebagai Ibu Bangsa, yang berkewajiban menumbuhkan dan mendidik generasi baru yang lebih menyadari dan lebih tebal rasa kebangsaannya. Organisasi perempuan sendiri sudah ada sejak 1912, diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain.

Peristiwa itu merupakan salah satu tonggak penting sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia. Pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. Para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis dan aneka upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa. Berbagai isu yang saat itu dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan Nusantara, perlibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan, dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, masalah perdagangan anak-anak dan kaum perempuan, perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita, pernikahan usia dini bagi perempuan, dan lain-lain.

Adapun penetapan tanggal 22 Desember sebagai perayaan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Dan Presiden Soekarno menetapkan melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga kini. Tahun 1946 Badan ini menjadi Kongres Wanita Indonesia disingkat KOWANI, yang sampai saat ini terus berkiprah sesuai aspirasi dan tuntutan zaman. Misi diperingatinya Hari Ibu pada awalnya lebih untuk mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini. Dari situ pula tercermin semangat kaum perempuan dari berbagai latar belakang untuk bersatu dan bekerja bersama.

Pada tahun 1950-an, peringatan Hari Ibu mengambil bentuk pawai dan rapat umum yang menyuarakan kepentingan kaum perempuan secara langsung. Satu momen penting bagi para wanita adalah untuk pertama kalinya wanita menjadi menteri adalah Maria Ulfah di tahun 1950. Sebelum kemerdekaan Kongres Perempuan ikut terlibat dalam pergerakan internasional dan perjuangan kemerdekaan itu sendiri. Tahun 1973 Kowani menjadi anggota penuh International Council of Women (ICW). ICW berkedudukan sebagai dewan konsultatif kategori satu terhadap Perserikatan Bangsa-bangsa.

Pada kongres di Bandung tahun 1952 diusulkan untuk dibuatnya sebuah monumen, setahun berikutnya diletakkan batu pertama oleh Ibu Sukanto (ketua kongres pertama) untuk pembangunan Balai Srikandi dan diresmikan oleh menteri Maria Ulfah tahun 1956. Akhirnya pada tahun 1983 Presiden Soeharto meresmikan keseluruhan kompleks monumen menjadi Mandala Bhakti Wanitatama di Jl. Laksda Adisucipto, Yogyakarta.

Selamat Hari Ibu Nasional 22 Desember 2013