Friday, May 20, 2016

Sejarah Singkat Kisah Hidup Pakih Gani (Tuan Faqih Abdul Ghoni) Bagian 2

Sejarah Singkat Kisah Hidup Pakih Gani (Tuan Faqih Abdul Ghoni) Bagian 2 - Setelah memperoleh sertifikat (ijazah) dari Babussalam dan diberi gelar faqih oleh guru-guru di sana, Abdul Ghoni belum merasa puas dengan keilmuannya. Lalu ia ingin sekali melanjutkan pendidikannya ke luar negeri tepatnya di Universitar Al-Azhar Mesir. Ia pun mencari bantuan dengan cara mengutip derma dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mewujudkan keinginannya. Tapi sayang cita-citanya kandas di tengah jalan disebabkan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Mesir terputus karena ulah pemerintah kolonial Belanda. Lalu untuk memuaskan rasa keingintahuannya tentang ilmu agama Islam, Abdul Ghonipun mencari guru untuk belajar kepadanya. Pada akhirnya ia bertemu dengan Syaid Al-Buluk, seorang bangsa Arab yang berasal dari Hadralmaut, Yaman. Kepadanyalah Abdul Ghoni berguru untuk menyelesaikan kegelisahan dan rasa penasarannya tentang ilmu-Ilmu Hakekat (Makrifat). Abdul Ghoni merasa puas berguru dengan Syaid Al-Buluk karena berbagai persoalan keagamaan yang tak bisa terjawab oleh guru-guru di Babussalam terdahulu bisa terjawab di bawah pengajaran gurunya yang baru ini.


Ditengah keasyikannya berguru dengan Syaid Al-Buluk, tiba-tiba perkhabaran tentang Abdul Ghoni sampai ke Madrasah Babussalam. Guru-guru di Babussalam merasa malu sekali. Akhirnya mereka mengutus murid-murid mereka yang seangkatan dengan Abdul Ghoni untuk mengadakan demontrasi dan protes di rumah gurunya yang baru itu. Sehingga menimbulkan kegaduhan dan situasi yang kontraproduktif. Akhirnya Syaid Al-Buluk tidak sanggup lagi meneruskan pengajarannya dan menyuruh ayah Abdul Ghoni untuk membawa anaknya pulang ke Bagan Siapi-api.

Setelah pulang ke Bagan Siapi-Api, Abdul Ghoni ditugaskan mengajar di Madrasah Al-Khairiyah yang baru selesai dibangun. Murid-muridnya banyak, namanya pun tersohor di Bagan Siapi-api dan sekitarnya. Sementara itu, ia mendengar di Bagan Siapi-Api ada seorang keramat yang bernama Syekh Faqih Zainuddin yang berasal dari Labuhan Tangga. Abdul Ghoni mendatangi tuan Syekh tersebut dengan maksud agar diterima sebagai muridnya. Syekh Faqih Zainuddin menerimanya, lalu Abdul Ghoni belajar dengannya di malam hari sejak pukul 08.00 malam hingga pukul 04.00 subuh tiap-tiap malam.

Selama berguru dengan Syekh Faqih Zainuddin, Abdul Ghoni merasakan perubahan yang berarti pada dirinya. Diantara perubahan itu; biasanya setiap hari para muridnya datang terlebih dahulu ke madrasah dan pada jam belajar barulah Abdul Ghoni datang, akan tetapi keadaan yang terjadi justru sebaliknya dimana Abdul Ghoni yang datang dahulu ke Madrasah dan ia tidak masuk ke Madrasah tapi justru masuk ke dalam kolam. Setiap kali murid-muridnya lewat, ia menyimbahi mereka dengan air sehingga mereka pakaian mereka basah kuyup. Selain itu ia terkadang naik ke kaki atap masjid dan berlari-lari di atasnya dan berbaring kepalanya ke bawah dan kakinya ke atas. Apabila ada orang yang ketakutan dengannya berupaya menegurnya, Abdul Ghoni menjawab,”saya melaksanakan perintah Allah swt”. Ada lagi prilakunya yang sangat mengerikan, ia terkadang berlari-lari dalam sungai sedang air pasang besar namun anehnya ia tidak tenggelam.

Setelah beberapa kejadian aneh tersebut, gelaran faqih yang selama ini melekat pada dirinya berubah menjadi Abdul Ghoni Gila karena perbuatan hari-harinya sering menyalahi adat. Apalagi setelah ibunya Hj. Nilam mendengar berita yang santer bahwa Anaknya begitu karena tersalah adab dengan gurunya. Perasaan ibunyapun terguncang akibat anggapan banyak orang yang gencar mencela anaknya. Akhirnya Ibu Abdul Ghoni mendatangi rumah Faqih Zainudin dan bertemu dengan isterinya, lalu bertanya,”dimana faqih Zainudin berada? Lalu Isteri Faqih Zainudin langsung menunjuk bahwa suaminya sedang berzikir dalam kelambu. Ketika Hj. Nilam menghampiri kelambu tersebut, tiba-tiba Faqih Zainudin berkata,”engkaukah ibu Abdul Ghoni? Dan apa hajat engkau? Ibu Abdul Ghoni menjawab,”benar, saya datang kemari untuk meminta ampun dan maaf karena kata orang anak saya tersalah adab dengan tuan. Oleh sebab itulah saya meminta ampun dari ujung rambut sampai ujung kaki jika anak saya tersalah adab dengan tuan. Lalu Tuan Syekh menjawab,”engkau ini yang dipanggil orang dengan encik Nilam?”. Benar. Jawab Hj. Nilam. “Anak anda tidak ada tersalah adab denganku bahkan dialah bakal menjadi penggantiku nanti. tugasnya sangat berat, yaitu memikul dunia, tidak akan selesai dalam waktu 30 tahun. Tandanya kemana-mana ia pergi akan memikul peti. Itulah isyarat bebannya tersebut dan engkau seorang ibu yang berbahagia. Biarlah dia begitu, jangan engkau dengan “kombor” (perkataan) orang tentangnya.”terang Syekh Faqih Zainudin. (Bersambung, klik link dibawah ini)

Sumber Tulisan : Ketua MUI Kabupaten Bengkalis, H Amrizal M.Ag