Friday, May 20, 2016

Sejarah Singkat Kisah Hidup Pakih Gani (Tuan Faqih Abdul Ghoni) Bagian 3

Sejarah Singkat Kisah Hidup Pakih Gani (Tuan Faqih Abdul Ghoni) Bagian 3 - Setelah mendapat penjelasan dari Syekh Faqih Zainudin prihal anaknya, Hj. Nilam merasa agak sedikit lega walaupun tanda tanya besar masih menghantui pikirannya. Lalu ia menemui isteri Faqih Zainuddin kemudian bertanya,”pelajaran apa yang diberikan suaminya kepada anaknya dan bagaimana penerimaan Abdul Ghoni terhadap gurunya tersebut?.” Isteri Faqih menjawab,”keduanya tidak pernah terlontar satu katapun sejak dari jam 08.00 malam hingga jam 04.00 subuh; keduanya saling pandang-memandang, kadang saling menggeleng kepala, dan kadang saling mengangguk, begitulah kelakuan keduanya “saban” malam. Ketika Abdul Ghoni mau pulang, hanya satu ucapan yang keluar dari mulut Tuan Faqih Zainudin, Abdul Ghoni ambil andang (obor dari daun kelapa yang diikat) di bawah kolong rumah. Abdul Ghoni hanya mengangguk kemudian ketika Abdul Ghoni menamatkan pengajiannya, Tuan Faqih Zainudin menyuruhnya membuka mulut lalu sang guru meludahi pada mulut muridnya lalu Abdul Ghoni pun menelannya air liur gurunya tanpa merasa jijik sedikitpun.


Sejak itu kelakuan Abdul Ghoni semakin hari semakin bertambah aneh; sering “mengoceh” sendirian, terkadang diselingi dengan marah. Tak lama kemudian Ayahnya Muhammad Sehat meninggal dunia. Akhirnya Ibunya mengambil keputusan untuk membawa anaknya ke Desa Sungai Alam Bengkalis ke tempat mamaknya Kitam. Hj Nilam menduga bahwa anaknya Abdul Ghoni “tersaruk” hantu. Lalu iapun memanggil seorang “bomoh” (dukun) yang bernama Yahya Besi dengan maksud untuk menyembuhkannya atau mengembalikan akal sehatnya. Tok Bomoh memulai membuat persiapan pengobatan; membakar kayu bakau, setelah menjadi bara lalu dimasukan ke dalam “nampan” (talam) tembaga yang sangat cepat menyerap panas dengan tujuan agar jin kelambu api yang diseru itu datang seraya dukun itu duduk di atas bara tersebut.

Di tengah persiapan tersebut, Abdul Ghoni sedang membaca al-Quran di dalam kamar. Ketika dukun Yahya Besi mau duduk di atas bara, tiba-tiba Abdul Ghoni keluar dari kamar kemudian berkata,”orang sehat diobat sedangkan orang sakit tiada diobat.” Lalu Ia mengambil talam yang berisi bara panas tersebut dengan tangannya yang tidak beralas kemudian di lemparkannya ke tanah. Akhirnya Tok Bomoh pun “terpeka” (terkesima). Setelah kejadian itu, keluarga Abdul Ghoni pindah ke RimbaSekampung, tepatnya di sekitar perkuburan Taman Layu. Disinilah mereka bermukim.

Cerita tentang kekeramatan Tuan Faqih Abdul Ghoni semakin tersebar luas di Masyarakat Bengkalis dan sekitarnya. Banyak keganjilan yang terjadi pada dirinya; seperti menyeberang laut tanpa kapal atau perahu, minum air panas (kopi) dalam keadaan mendidih. Apabila ia berkata bahawa seseorang itu mati, maka orang itupun tak lama kemudian meninggal. Dicatat ada tiga kejadian yang sama berlaku; satu pada mertua adeknya yaitu mamaknya yang bernama penghulu Kitam, kedua seorang yang bernama yang sama dengan mamaknya, yaitu Penghulu di sekitar Bukit Batu, ketiga dengan bahasa kiyas, yaitu seorang perempuan yang sudah terlupakan namanya.

Selain itu keganjilan lainnya, perjalanan yang biasa ditempuh dalam waktu satu hari hanya ditempuhnya dalam hitungan satu atau dua jam saja. banyak lagi keganjilan yang berlaku di masa kehidupannya. Bahkan setelah ia meninggal tahun 1981, hampir separuh orang yang berada dalam pesawat udara untuk menunaikan ibadah haji ke Mekkah melihat Faqih Abdul Ghoni, padahal ia meninggal pada bulan Sya’ban tahun 1980.

Adalagi hal yang aneh sekitar tahun 1991, ada seorang yang datang dari Medan mencari sanak famili Abdul Ghoni di Dumai. Menurutnya Faqih Ghoni menyampaikan salam kepada sanak famili yang berada di sekitar Dumai. Semua sanak familinya terkejut karena ia sudah meninggal 11 tahun silam. Akhirnya orang tersebut bersumpah bahwa ia benar-benar bertemu dengan Faqih Ghoni.

Bukti kekeramatanya yang tinggal sampai saat ini yaitu kolam Faqih Ghoni yang terletak di Desa Sungai Alam. Dikisahkan selama 6 bulan Faqih Ghoni menghilang, rupanya ia membuat satu kolam di dalam hutan dengan menggalinnya menggunakan sebilah parang yang tidak bertangkai. Akan tetapi sekarang tempat tersebut sudah menjadi perkampungan yang konon katanya berada di pinggir jalan antara desa Sungai Alam dan Desa Penampi. Ada keanehan pada kolam tersebut dimana setiap terjadi musim kemarau, kolam itu tidak pernah kering airnya. Wallah A'lam bi Al-Showab. 

Sumber dari Keluarga Almarhum Ustadz H.Sulaiman saudara kandung Tuan Faqih dan seorang Khalifah dari Langkat Basilam
Sumber Tulisan : Ketua MUI Kabupaten Bengkalis, H. Amrizal M.Ag