Friday, November 8, 2013

Sejarah Hari Pohon Sedunia

Hari pohon sedunia di peringati setiap tanggal 21 November. Hari yang seharusnya mengingatkan kita akan pentingnya pohon dan tumbuhan di muka bumi. Mengingat, pohon dan tumbuh-tumbuhan yang ada di bumi pertiwi semakin terkikis jumlahnya karena digantikan oleh gedung-gedung pencakar langit yang membuat atmosfer bumi menjadi semakin panas. Dampak pemanasan global bagi bumi ini tidak dapat dibiarkan begitu saja, terlebih dengan semakin banyaknya hutan yang gundul akibat penebangan pohon secara liar. Padahal fungsi pohon sangat penting untuk menyerap gas CO2, maupun gas beracun lainnya di udara. Selain itu keberadaan pohon mampu menghasilkan Oksigen atau O2, yang merupakan sumber kehidupan bagi semua makhluk di bumi.


Deforestasi Hutan


Deforestasi merupakan perubahan kondisi penutupan lahan dari hutan menjadi bukan hutan (termasuk perubahan untuk perkebunan, pemukiman, kawasan industri, dan lain-lain). Ini merupakan faktor utama di dalam terkikisnya luas hutan yang ada di Indonesia. Hutan lindung, hutan hujan tropis, dan hutan-hutan yang lain disulap menjadi deretan gedung-gedung megah dan pabrik-pabrik industri yang menghasilkan jutaan ton limbah dan polusi. Belum lagi maraknyaillegal logging dan penebangan liar yang secara langsung berdampak pada terkiskisnya luas hutan atau yang lebih sering dikenal dengan paru-paru dunia.

Konsumsi kertas juga merupakan salah satu faktor terjadinya penggundulan hutan. konsumsi kertas Indonesia tahun 2005 adalah sebesar 5,6 juta ton. Dibutuhkan sekitar 22,4 juta meter kubik kayu untuk memproduksinya. Dengan mengambil nilai minimal rata-rata tingkat pertumbuhan konsumsi dan produksi yakni 5% per tahun (menurut World Resource Institute untuk negara berkembang rata-rata sekitar 7% per tahun), maka diperoleh jumlah konsumsi kertas Indonesia di tahun 2006 adalah 5,96 juta ton. Dan data seperti ini jumlahnya akan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Sejak tahun 1970 penggundulan hutan mulai marak di Indonesia. Pada tahun 1997-2000, laju kehilangan dan kerusakan hutan Indonesia mencapai 2,8 juta hektar/tahun. Dalam periode 2009/2010, deforestasi yang terjadi adalah seluas 832,126.9 ha dari seluruh total luas hutan di Indonesia yang berjumlah 131 juta ha (menurut data Dirjen Planologi Kehutanan 2011). Dan hal ini akan terus berlanjut. Deforestasi akan terus menjadi momok bagi kelangsungan ekosistem yang berada di dalam hutan. Maka tak heran, jika banyak berita di media yang memberitakan banyaknya satwa-satwa liar yang ‘menyerang’ pemukiman warga setempat karena berkurangnya suplai makanan alami yang disebabkan semakin berkurangnya luas hutan.

Padahal, hutan memiliki fungsi sebagai pengatur iklim. Melalui kumpulan pohon-pohonnya, hutan dapat memprduksi Oksigen (O2) yang diperlukan bagi kehidupan manusia dan dapat pula menjadi penyerap Karbondioksida (CO2) sisa hasil kegiatan manusia, atau menjadi paru-paru wilayah setempat. Karena siklus yang terjadi di hutan, dapat mempengaruhi iklim suatu wilayah di sekitarnya.

Efek Rumah Kaca


Sebagaimana di atas, salah satu penyebab semakin menipisnya hutan di Indonesia adalah maraknya pembangunan gedung-gedung industri dan gedung bertingkat. Secara langsung, bangunan-bangunan tersebut juga memiliki dampak negatif dari sisi ekologis. Dampak ini sering disebut juga dengan efek rumah kaca (greenhouse effect), yaitu pantulan panas dari sinar matahari yang sebagiannya dipantulkan kembali ke angkasa (oleh permukaan bumi yang berwarna muda —tutupan salju, awan, dll), yang kemudian sebagiannya lagi diserap baik oleh permukaan bumi yang berwarna agak gelap maupun oleh gas-gas rumah kaca yang terkandung dalam atmosfer. Gas-gas rumah kaca ini merupakan sinar yang dipantulkan kembali sebagai panas. Semakin banyak kandungan atau konsentrasi gas-gas rumah kaca ini, semakin banyak panas yang dilepaskan, maka semakin panaslah atmosfer bumi. Semakin panas atmosfer bumi maka akan semakin membuat keterkacauan iklim yang semakin lama akan semakin sulit diprediksi

Walaupun sebenarnya efek rumah kaca merupakan proses alami yang diperlukan agar permukaan bumi cukup hangat untuk didiami. Sayangnya, aktivitas manusia mengganggu kondisi alami dan membuat konsentrasi gas rumah kaca semakin tinggi sehingga panas yang terperangkap di atmosfer semakin tinggi dan menyebabkan suhu permukaan bumi semakin panas.

Penghijauan


Cara paling mudah untuk mengurangi pemanasan global akibat dari efek gas rumah kaca dapat diawali dari tempat tinggal kita yakni dengan menanam pohon di sekitar rumah. Mengapa pohon? Secara ilmiah, pohon merupakan penghasil oksigen. Pada siang hari, pohon mengeluarkan O2 (oksigen) dan menyerap CO2 (karbondioksida). Setiap kali kita bernafas, kita menghembuskan CO2 dan menyerap O2.

Tanaman ini juga bisa mencegah banjir dan longsor. Lewat akar-akarnya, pohon menyerap air hujan. Pohon juga berperan melawan pencemaran udara lho dengan menyerap polusi yang ada di sekitarnya. Terkait global warming, pohon-pohon yang bertebaran didunia ini memengaruhi suhu udara. Apabila pohon berkurang, maka suhu di bumi akan panas akibat penggundulan hutan. Cuaca panas akan mencairkan es di kutub utara, sebagai dampaknya permukaan laut akan naik dan menimbulkan banjir di mana-mana.

Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mengurangi efek Global Warming ini diantaranya adalah dengan menanami setiap jengkal rumah kita dengan pohon atau bila rumah tidak memiliki lahan yang luas, tanaman bisa di letakkan di atap rumah atau tanah yang masih tersisa di rumah. Karena tiap pohon dapat menghasilkan 260 pon O2 tiap tahunnya.

Hal inilah yang seharusnya kita kampanyekan kepada khalayak luas tentang pentingnya menanam dan menjaga kelestarian hutan dan pohon, karena dengan terlestarikannya pohon-pohon dan hutan, akan terjadi keharmonisan dan keseimbangan ekologis yang manfaatnya tentu saja kembali kepada manusia itu sendiri. 

SELAMAT HARI POHON SEDUNIA